Bambangan Cakil, Tari Khas Jawa Tengah
FeatureSosial Budaya

Bambangan Cakil, Tari Khas Jawa Tengah

Jawa Tengah kaya akan budaya baik tradisi maupun kesenian. Seni tari di Jawa Tengah juga, sangat berkembang dab beraneka rupa. Salah satu jenis, tari tradisional Jawa Tengah yang mengandung filosofi luhur, yaitu Kebaikan akan menang melawan Kebaikan adalah tari Bambangan Cakil.

Tari ini mengisahkan mengenai seorang ksatria yang berperang melawan raksasa. Perang berakhir dengan kalah serta meninggalnya sang raksasa yang tertusuk oleh senjatanya sendiri, yaitu keris.

Istilah bambang berasal dari bahasa pewayangan. Bambang mengandung arti wajah yang luruh atau menunduk, tidak mendongak. Kemudian perawakan Bambang adalah langsing dan kecil.

Simbol Nambangan memberi makna seorang tokoh ksatria berparas tampan dengan Budi pekerti luhur meliputi jiwa yang lembah manah dan tidak sombong, halus perilaku dan jiwanya, sopan serta selalu memberi.

Di dalam seni pewayangan, contoh tokoh ksatria, adalah keluarga pandawa, Sumantri, Rama, Laksmana.

Adapun lawan nambangan adalah cakil. Cakil sendiri berasal dari kata ca yang artinya teman dan kil yang merupakan kependekan dari methakil atau ingin menang sendiri. Sehingga cakil mewakili wujud, seseorang yang bersifat egois, ingin menang sendiri, sombong dan segala sifat buruk yang melekat. Di dalam wayang, cakil adalah wujud, raksasa yang memiliki perawakan kecil, dengan gigi taring panjang, suara kecil dengan gaya bicara cepat.

Syarat khusus tarian Bambangan Cakil

Untuk menarikan tarian Bambangan cakil, ada syarat khusus. Pemeran Bambangan harus, memiliki wajah tampan, perawakan langsing dan berperilaku halus atau luwes. Adapun peran cakil diperantarai seorang yang lincah ketika menari untuk mengesankan beringas dengan kemampuan gerak lompat yang atraktif.

Tari ini diiringi oleh musik tradisional berupa gending srepegan, ladrang Clunthang, Sampak,  Latas dan Slendro. Gending srepegan merupakan gending yang biasa untuk mengiringi pertunjukan wayang.

Adapun ladrang clunthang merupakan syair yang mengisahkan tentang perjalanan turun gunung Sang Pekik yang menggambarkan seorang Bambangan dengan godaan yang dihadapinya. Sampai merupakan irama khusus ketika adegan perang ditampilkan.

Sementara itu, laras slendro merupakan urutan nada yang tersusun dari lima nada dalam satu oktaf, yaitu 1 (ji), 2 (ro), 3 (lu), 5 (mo), dan 6 (nem). Slendro ini juga sering dimainkan ketika ada adegan perang.

Sang Bambangan harus melalui ujian pertamanya ketika melakukan pengembaraan, yaitu menghadapi begal raksasa cakil dan rombongannya ketika melewati hutan. Usai berhasil menghadapi rombongan begal, Bambangan masuk pedesaan dan digandrungi para wanita.

Kisah bambangan cakil berakhir dengan kematian cakil oleh kerisnya sendiri dan para rombongan kocar kacir melarikan diri serta berujung kemenangan dan kebahagiaan sang Bambangan.

Tarian Bambangan cakil sering dipentaskan di berbagai acara resmi seperti penyambutan tamu agung negara, pembukaan festival budaya, acara budaya dan rangkaian acara kenegaraan.

Tarian ini sakral dan memberikan arti yang dalam sehingga tidak bisa ditampilkan di acara yang kurang penting.

Asal dari tarian Bambangan cakil adalah adegan perang kembang, salah satu adegan pertunjukan wayang. Adegan perang kembang mempertontonkan konflik fisik antara kelompok keras dengan kelompok yang halus dan selalu berakhir dengan kemenangan kelompok halus.

Hampir semua pertunjukan tari memiliki pesan tersembunyi yang hendak dihaturkan kepada penonton. Tarian Bambangan cakil sarat akan makna. Ketampanan yang dimiliki oleh sang ksatria Bambangan tidak harus selalu  dimaknai dengan ketampanan fisik. Melainkan merupakan perumpamaan dari sebuah keindahan spiritual seseorang, kebajikan Budi dan pekerti.

Sebaliknya wujud cakil yang buruk rupa adalah perumpamaan sifat buruk seseorang seperti tamak, jahat, loba, congkak suka menindas, dan lain sebagainya.

Related posts

Kodim Pekalongan Salurkan Bantuan Renovasi Masjid An Nuur

Hadi Lempe

Kecamatan Pekalongan Timur Santuni Anak Yatim dan Fakir Miskin

Hadi Lempe

Sambut Dirgahayu RI, Warga Mlatiharjo Patean Kendal Gelar Lomba Senam dan Kreasi Tumpeng

Hadi Lempe

Julukan Baru Solo, Kota Festival Gamelan Internasional

Dedi Ariko

Merti Dusun – Kemiri Desa Getas, Disertai Pembukaan Tempat Wisata Alam

Dedi Ariko

PT Unggul Jaya Berikan Bantuan Sarana Kepada Komunitas Sapulidi

Hadi Lempe

Leave a Comment