Kota Pekalongan Garudacitizen Jateng – Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit endemis yang banyak ditemui di Indonesia setiap tahunnya. Penyakit ini disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti, dengan membawa virus dengue pada tiap gigitan. Upaya efektif untuk memberantas dan mencegah penyebaran DBD adalah menetapkan satu rumah satu juru pemantau jentik (Jumantik).
Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit DBD, Dinas Kesehatan Kota Pekalongan melatih para kader Posyandu Remaja di Kota Pekalongan untuk mengoptimalkan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, berlangsung di Aula Kantor Sekretariat TP-PKK Kota Pekalongan, Rabu siang (17/7/2024).
Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekalongan, Slamet Budiyanto melalui Epidemolog Kesehatan Muda, Opik Taufik menjelaskan bahwa, para kader posyandu remaja (posrem) ini nantinya dikerahkan untuk memantau secara berkala jentik nyamuk di lingkungan masyarakat tempat tinggalnya terutama di tempat-tempat yang biasa menjadi sarang nyamuk seperti di bak mandi karena jarang dikuras, genangan air di sampah kaleng atau plastik kemasan air minum. Disamping itu, mereka diharapkan dapat menggerakkan masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan agar terbebas dari penyebaran DBD oleh nyamuk.
“Kegiatan kali ini kami memberikan sosialisasi Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik bagi kader posyandu remaja (posrem). Sebelumnya, kegiatan ini sudah menyasar kepada para kader posyandu balita, dan kader kesehatan lainnya. Kami sengaja melibatkan unsur masyarakat dari kalangan usia remaja agar ke depan upaya-upaya pencegahan DBD bisa dilaksanakan dengan baik sehingga angka kesakitan DBD di Kota Pekalongan bisa semakin menurun,”ujarnya.
Opik menyebutkan, para peserta dibekali materi terkait situasi dan kondisi saat ini kasus DBD di Kota Pekalongan, gejala dan bahaya penyakit DBD serta tugas dan pelaporan dari Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik. Jumantik bertugas memantau jentik nyamuk yang ada di sekeliling tempat tinggal, terutama di tempat-tempat yang biasa menjadi sarang nyamuk seperti di bak mandi karena jarang dikuras, genangan air di sampah kaleng atau plastik kemasan air minum. Sarang nyamuk tersebut hendaknya diberantas dengan segera agar tidak menimbulkan DBD. Tugas Jumantik lainnya adalah melakukan 3M+, dan Pemberantas Sarang Nyamuk (PSN), yakni menutup semua tampungan air atau sumber air, menguras bak mandi, dan mendaur ulang barang bekas.
Plusnya, menaburkan bubuk larvasida (abate) pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk, mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah, serta menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk. Selain 3M+ yang harus dilakukan Jumantik, ia juga bertindak sebagai agent of change dalam hal perilaku hidup bersih dan sehat. Jadi, ada pelopor untuk mencontohkan dan mengingatkan upaya-upaya pencegahan DBD.
Lanjutnya, dalam kegiatan tersebut, para kader posrem ini juga diberikan form yang harus mereka isi untuk hasil pemantauan jentik mingguan di wilayahnya masing-masing. Sehingga, bisa dilakukan evaluasi dari petugas puskesmas setempat. Selain itu, masing-masing dari kader posrem ini juga mendapatkan 1 botol bubuk abate (obat pembasmi jentik nyamuk) berukuran 1 liter. Bubuk abate ini jika digunakan dalam takaran 1 sendok makan bisa dicampurkan ke penampung air (bak) berukuran 1×1 meter.
“Mari kita gerakkan dalam keluarga setidaknya satu juru pemantau jentik. Ini merupakan kepedulian masing-masing keluarga untuk turut andil dalam pencegahan DBD. Ke depan mudah-mudahan lebih banyak lagi masyarakat yang sadar akan pentingnya upaya PSN dalam rangka pencegahan dan penanganan DBD di Kota Pekalongan,”pungkasnya. (Dian/Aina HL).