Anda yang suka dengan minuman beralkohol, layak mencoba jenis satu ini. Ciu Banyumas, memang miras buatan lokal. Namun jangan salah, apalagi berpikir seperti minuman murahan. Sensasinya, bisa dikatakan berkelas internasional.
Ciu Banyumas di produksi secara tradisional. Oleh warga Desa Wlahar, Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas, Jateng. Sekitar 90% penduduk setempat, dikenal ahli membuat Ciu.
Menurut Narja (45), warga setempat, Desa Wlahar adalah satu-satunya desa penghasil Ciu. Artinya, tidak semua desa di daerah Banyumas ikut memproduksi Ciu. Dan ini telah menjadi semacam tradisi. Secara turun temurun.
Narja sendiri mengaku telah mampu membuat Ciu sejak masih berusia muda. Namun, usaha tersebut baru dilakukan secara serius, sekitar 10 tahun belakangan. Ia dibantu keluarganya.
Minuman Ciu ini, dibuat dengan sistem penyulingan. Menggunakan bahan alami yang dengan mudah didapat di pasar. Seperti gula merah, ragi untuk pembuatan tape, bahan dasar tape itu sendiri.
“Untuk tape, bisa dari singkong, nasi, atau ketan,” ujar Narja kepada wartawan Garuda Citizen pada senin, 21/01/2019 lalu. Dikediamannya.
Ciu adalah minuman beralkohol tradisional. Bagi warga sekitar, minuman ini merupakan suguhan khas. Biasanya, disajikan saat-saat ada peryaaan atau pertemuan. Bagi warga setempat dan sekitarnya, minuman keras ini dianggap sebagai jamu. Penghangat sekaligus penghangat badan.
Kendati, sebagai minuman yang sudah biasa dikonsumsi, Ciu Banyumas tidak bisa sembarang minum. Tetap harus dengan takaran tertentu. Bagi yang belum biasa, disarankan tidak boleh lebih dari setengah gelas.
Jangan minum Ciu Banyumas berlebihan
Cara minumnya, dikit-dikit. Soalnya, sensasi aroma alkohol yang khas, sangat kuat. Menurut Narja, kandungan alkohol untuk Ciu kualitas super, mencapai 60 hingga 70%.
“Iya mas, minum Ciu dengan takaran tertentu sebenarnya tidak berbahaya. Jika berlebihan, minum apa saja berpotensi bahaya,” ujar Fitri (30) anak Narja yang membantu proses pembuatan Ciu.
Menurut Fitri, minuman Ciu mendapat predikat negatife karena banyak faktor. Salah satunya, akibat cara minum yang berlebihan. Selain itu, banyak minuman Ciu yang dijual bebas diluaran, dicampur dengan sesuatu. Dan ini berpotensi menimbulkan efek buruk.
“Ada orang-orang diluaran menjual Ciu telah dicampur dengan sesuatu. Biasanya, ini terjadi karena penjual yang nakal untuk mendapat keuntungan lebih. Jadi minuman Ciu sudah dicampur dengan macem-macem,” papar Fitri.
Minuman Ciu, selain untuk disajikan sebagai jamu atau penghangat badan, juga sering digunakan untuk pengobatan. Seperti obat gosok.
Proses Pembuatan Minuman Ciu Banyumas
Untuk bisa melihat proses pembuatan Ciu, tidaklah mudah. Apalagi untuk masuk ke dapur pengrajin Ciu. Mereka cenderung curiga. Usaha rumahan ini, tidak ada izin secara formal. Walau pun, telah beroperasi sejak lama. Berjalan dengan adanya pemakluman dari semua pihak.
Menurut Fitri, pembuat Ciu merupakan usaha keluarga. Artinya, setiap anggota keluarga terlibat dengan tugas masing-masing. Ibu rumah tangga atau kaum wanita, bertugas urusan dapur. Dimana proses penyulingan dilakukan. Sementara, kaum lelaki mencari bahan baku.
Ciu yang mereka produksi, biasanya untuk memenuhi pesanan. Beberapa datang dari luar kota.
Dapur tempat proses penyulingan Ciu, berada di belakang rumah. Terpisah dari bangunan utama. Dapur, terdiri dari tungku perapian. Digunakan untuk memanaskan bahan baku. Yang dibuat sedemkian rupa hingga terjadi proses penyulingan. Sedikit mirip dengan proses penyulingan minyak atsiri.
Sistem penyulingan, menggunakan wadah yang telah dimodifikasi. Semacam alat destilasi. Selain itu itu, juga tersedia wadah berupa tong. Dengan ukuran besar. Volume sekitar 130 liter. Tong ini, berguna untuk proses pencampuran gula merah, tapi, air dan laru (bahan dasar).
Setiap instalasi penyulingan, dibutuhkan bahan baku 30 kilogram gula merah, 50 liter laru, yakni semacam sisa fermentasi pada proses sebelumnya, 2 kilogram tape singkong, dan 50 liter air.
Bahan baku, disimpan selam satu minggu. Ini bagian dari proses fermentasi. Baru setelah itu, dilakukan proses penyulingan. Bahan baku, dijaga dalam kondisi panas tertentu. Tidak boleh sampai mendidih. Uap airnya dari hasil pemanasan tersebut, disalurkan melalui pipa. Dimana telah disediakan wadah penampung. Biasanya, menggunkan toples kaca. Setiap tetes dari hasil penyulingan tersebut, menjadi CIu dengan kualitas terbaik.
“Ini Ciu kualitas super. Kandungan alkohol, berkisar 60 – 70%. Sisa dari proses penyulingan ini, bisa di daur ulang. Dilakukan penyulingan kedua. Dan itu akan menghasilkan Ciu kelas dua,” papar Narja.
Minuman Ciu kualitas super, dijual dengan harga Rp. 35 ribu perliter. Sedangkan Ciu kualitas dua, kadar alkoholnya 20 – 50%. Harga jualnya, sekitar Rp. 15 ribu.
Ciu Banyumas Minuman Alkohol Berkelas Internasional
Bagi anda yang biasa mengkonsumsi minuman beralkohol, jelas tahu soal rasa. Ciu Banyumas, hampir sama dengan Excelsior. Atau bir Jerman. Efek alkoholnya sangat kuat. Bayangkan saja, kandungan alkoholnya mencapai 60 – 70%.
Untuk membari sensasi berbeda, Ciu Banyumas sering dibuat sebagai bahan untuk merendam ginseng. Ciu dapat bisa dimasukkan dalam wadah. Bisa pakai toples. Lalu, dimasukkan rempah-rempah. Seperti cenggkeh, lengkuas, sereh, dan jahe. Rasanya akan berbeda.
Namun, proses waktu membuat adanya kreatifitas lain. Minuman Ciu dimasukkan buah-buahan segar. Bisa seperti anggur, rambutan, apel, dan lainnya. Lalu diamkan selama empat hari. Ini akan memberikan sensasi rasa, warna dan aroma yang berbeda.
Ada satu hal, minuman ini berbeda dengan minuman murah yang dijual dipasaran. Mungkin karena proses pembuatan yang menggunakan bahan alami, tanpa campuran bahan lain. Kendati menimbulkan sensasi mabuk, tidak menimbulkan efek negative. Seperti sakit kepala. Sama seperti minuman alkohol berkelas. Namun, anda tetap harus terkontrol. Bertanggungjawab dan tidak berlebihan.
Baca juga: Pekalongan, world’s city of batik