Kota Pekalongan – Sebagai wujud kepedulian terhadap korban banjir, Pemerintah Kota Pekalongan melalui Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Pekalongan memberikan bantuan pemulihan trauma healing bagi anak-anak korban banjir yang mengungsi di Gor Jetayu, Senin sore(28/01/2019).
Kepala Dindik Kota Pekalongan, Soeroso mengatakan bahwa ketika terjadi bencana, secara psikis, anak-anak yang paling besar merasakan dampaknya.
“Anak-anak ini seperti keseharian mereka secara kasat mata dari luar tetap bergembira tetapi belum tentu keadaan psikisnya seperti itu. Kita ingin menjaga mereka tetap sebagai anak-anak yang tetap gembira, tetap punya cita-cita, punya harapan dan tidak tertekan dengan bencana ini,” ucap Soeroso.
Diterangkan Soeroso, ada sekitar 100 anak-anak korban banjir yang mengikuti kegiatan trauma healing sore ini dan direncakan kegiatan tersebut direncanakan akan berkeliling menyambangi tempat pengungsian lain.
“Yang mengikuti sekitar 100 orang yang ada di Gor Jetayu, dan kita akan berpindah tempat ke Kecamatan barat, ke titik-titik pengungsian yang banyak anak-anaknya. Kegiatannya belum tahu berapa lama, sesuai kebutuhan. Selagi ada pengungsian dan anak-anak kita akan coba hadir disana,” terang Soeroso.
Dalam kegiatan trauma healing menggandeng relawan yang terdiri dari guru-guru TK dan PAUD yang terbentuk sejak tahun lalu, dan sebagai pengisi materi Bapak Kunduri, Kepala TK Negeri Pembina sebagai Juara 1 Lomba Dongeng Tingkat Nasional.
“Kegiatannya mengajak mereka bermain-main, bercerita, bergembira, agar mereka betul-betul tidak memikirkan bencana ini. Kita bawa jajan kecil-kecil untuk mereka, kita ajak bermain. Kami punya relawan trauma healing yang terdiri dari guru TK, PAUD yang telah terbentuk sejak tahun lalu. Meskipun relawan ini bukan psikolog, mereka tahu perkembangan psikologis anak,” imbuh Soeroso.
Melalui trauma healing ini, Soeroso berharap para orangtua sadar akan dampak psikis anak-anak ketika terjadi bencana, sejatinya anak-anak kodratnya harus tetap bergembira dan punya cita-cita.
“Harapannya orangtua supaya tahu bahwa anak-anak mereka ketika terjadi bencana, mereka rentan terhadap dampak, orangtua harus sadar bahwa anak-anak sebisa mungkin tetap bergembira, punya cita-cita, punya harapan, punya rasa toleransi, punya teman jadi jangan sampai kalau ortu tidak tahu tentang dampak bencana terhadap anak-anak, bisa-bisa mereka tidak tahu bagaimana cara menangani anak di rumah,” jelas Soeroso
Sementara itu, Alimah, guru TK Alam Ma’had Islam yang bergabung di tim relawan trauma healing menuturkan pihaknya ingin memberikan semangat dan menghibur anak-anak korban yang terdampak banjir.
” Biar anak-anak tidak ada rasa sedih atau takut terhadap bencana alam, jadi kita ingin membantu biar mereka tetap semangat dalam menghadapi hal semacam itu. Kita ingin menghibur mereka, membahagiakan mereka. Anak-anak tetap merasakan dengan lingkungan yang terjadi,” pungkas Alimah. (Dian)