Perkebunan wisata Pagilaran terletak di kecamatan Blado, Batang, Jawa Tengah. Pagilaran sangat pantas sebagai lokasi wisata pendidikan yang menarik untuk dikunjungi. Kebun ini milik Universitas Gadjah Mada (UGM).
Lokasi dari kebun ini dapat ditempuh menggunakan akses kendaraan pribadi. Adapun jalur yang dilalui dari pusat kota Batang tidak memakan waktu lebih dari satu jam. Untuk menuju area perkebunan, akan dilwatkan pemandangan- pemandangan yang hijau. Menyegarkan sekali. Wisatawan dapat menempuh perjalanan menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Bagi yang menggunakan trayek antar kota. Kereta api juga, melewati area ini. Bagi yang lebih suka santai tanpa harus memikirkan tanggunan kendaraan sekaligus mengurangi kepadatan lalu lintas.
Menurut Direktur Utama Agrowisata Pagilaran, Rachmad Gunadi, saat dijumpai wartawan di kantornya, “Kawasan perkebunan teh pagilaran merupakan satu dari sekian banyak bukti kejayaan zaman penjajahan Belanda waktu tersebar. ”
Masih menurut Rachmad, agrowisata ini merupakan peninggalan mas penjajahan Belanda pada lalu.” Bukti bahwa Pagilaran merupakan peninggalan Belanda adalah bangunan rumah administratif pabrik dengan arsitek khas bangunan Eropa. Bangunan kokoh dengan bentuk menyerupai bangunan kuno dengan ciri khas ada pada aksen pintu.
Susana lain di perkebunan teh bukit Pagilaran
Masyarakat berbondong-bondong datang dengan berstudi wisata ke Pagilaran, selain ingin melihat kebun teh juga ingin menyaksikan nuansa pemandangan daerah tersebut yang nampak vintage. Bahkan beberapa mengelilingi area perkebunan menggunakan sepeda ontel dengan membayar uang sewa sepeda.
Pengunjung dapat pula menyaksikan bekas kereta gantung yang di masa lalu dipakai oleh para pemuda dan pemudi Belanda, guna menikmati indahnya pemandangan alam pagilaran. Tak hanya sekadar melihat-lihat pemandangan alam pagilaran, acara tea walk yang menjadi acara rutin penduduk di sekitar pagilaran, merupakan agenda wisata yang menarik untuk diikuti. Belum sah piknik ke Pagilaran kalau tidak mengikuti tea walk. Agenda tea walk digelar di dini hari sehingga pengunjung dapat sekaligus melihat indahnya matahari terbit di sela rimbunnya tajuk pohon teh. Tak hanya itu, pengunjung dapat sekaligus berfoto bersama penduduk setempat ketika sedang mengikuti acara tea walk.
Fasilitas di Perkebunan Teh Bukit Pagilaran
Untuk keperluan para pelancong tersebut, pengelola menyiapkan aneka vila ataupun homestay dengan harga yang terjangkau untuk disewa. Bagi pengunjung yang memiliki dana lebih pada umumnya memilih penginapan berupa homestay atau vila yang sudah disediakan oleh pengelola.
Akan tetapi, bagi pengunjung yang secara keuangan masih pas-pasan dapat menginap di tempat penginapan yang lebih murah yang disediakan oleh warga sekitar, bertujuan menampung para wisatawan yang tidak sanggup untuk menginap di vila. Beberapa penduduk menyewakan rumah untuk disewa dengan harga yang cukup terjangkau.
Harga sewa homestay atau vila dapat berkisar antara Rp. 300.000 sampai dengan Rp. 500.000, sedangkan penginapan yang dikelola penduduk hanya berkisar antara Rp. 100.000 sampai dengan Rp. 200.000.
Selain agenda menyusuri perkebunan teh dan melakukan tea walk, masih banyak jejak petualangan yang bisa dilakukan di pagilaran, antara lain adalah menyaksikan air terjun, berpetualang bersama dengan rombongan menyusur seluruh area perkebunan sehingga menyerupai karnaval dan trekking dengan sepeda. Di area pagilaran terdapat area wisata penunjang lainnya seperti Curuk Genting dan Desa Wisata Prenten.
Adapun pengunjung dapat menikmati dua jenis teh di Pagilaran, yaitu teh hitam dan teh hijau. Rachmad menyampaikan bahwa: “Produksi teh di area Batang berasal dari black tea atau teh hitam, adapun untuk teh di Jati Lawang berasal dari proses pembuatan green tea atau teh hijau.”
Rachmad juga mengungkapkan bahwasanya pembangunan agrowisata masih mengalami pasang dan surut dengan adanya dilema masalah sampah. Dan juga masyarakat yang masih belum tertata di dalam membuka warung.
Baca juga: 6 Wisata Pantai Jateng