Magelang, GarudaJateng – Pasar Watu Lumbung yang terletak di dusun Canggal, desa Kadiluwih, kecamatan Salam, kabupaten Magelang. Merupakan pasar tradisional yang hadir ditengah berkembang pesatnya pasar modern dan pasar digital di era milenial sekarang ini.
Keberadaan pasar tradisional semakin terpinggirkan. Maka muncul sebuah gagasan untuk melestarikan pasar tradisional. Serta untuk membuka wisata baru, karena letaknya yang berdekatan dengan prasasti Canggal.
Ketua Komunitas Masyarakat Gunung Wukir, Agus Purwanto mengatakan. Ide tersebut dituangkan pada Pasar Watu Lumbung yang merupakan gagasan baru di era milenial ini.
“Demi mengembalikan kejayaan pasar tradisional. Khususnya pada waktu zaman mataram kuno, pasar ini dikonsep suasana yang sangat tradisional. Bahkan untuk bungkus makanan saja tidak menggunakan plastik. Semuanya menggunakan bahan-bahan alami, agar suasananya benar-benar mirip dengan pasar pada zaman dahulu,” ujar Agus.
Pada Pasar Watu Lumbung terdapat 20 stand yang menyediakan ratusan macam masakan resep kuno, jajanan dan minuman zaman dahulu.
Uniknya untuk dapat menikmati berbagai masakan-masakan resep kuno, jajanan dan minuman jadul pengunjung tidak bisa membelinya dengan mata uang rupiah.
Karena mata uang rupiah tidak berlaku di Pasar Tiban Watu Lumbung, jadi pengunjung harus menukarnya dengan Benggol, yaitu mata uang yang berlaku disana.
Dengan begitu, para pengunjung selain dapat menikmati makanan dan minuman kuno. Juga dapat bernostalgia di era Raja Sanjaya, yaitu salah satu raja Mataram Kuno.
Ditambah dengan suara-suara musik khas gamelan, menjadikan syahdunya suasana pasar tradisional di Pasar Watu Lumbung.
Gelar kegiatan Pasar Tiban Watu Lumbung ini kali juga berkesempatan hadirkan beberapa tokoh Seniman dan Penyair Nasional. Diantaranya Bambang Eka Prastya (Magelang), Hadi Lempe (Pekalongan), Ariyantoko Robert (Temanggung). Dan para penyair lainnya dari berbagai daerah.
Pengelolaan dana hasil dari Kegiatan Pasar Watu Lumbung. Sebagian di sumbangkan untuk pondok pesantren di sekitar Magelang sebesar 2,5%. Selebihnya untuk pengembangan Kegiatan Pasar Watu Lumbung. (Nadzhifatus Zulfah)