Kota Pekalongan Garudacitizen Jateng – Pemerintah Kota Pekalongan melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Cabang Jawa Tengah mengajak seluruh elemen masyarakat untuk kompak menurunkan kasus penyakit Tubercolosis (TB) sampai mencapai 90 persen di tahun 2028 mendatang. Target ini lebih cepat dari upaya akselerasi eliminasi TB di tingkat Nasional yakni pada Tahun 2030. Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinkes Kota Pekalongan, Slamet Budiyanto usai memberikan penyuluhan dan bakti sosial berupa pemeriksaan kesehatan paru-paru kepada masyarakat dengan bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Cabang Jawa Tengah, berlangsung di Halaman Sekretariat DPRD Kota Pekalongan, Minggu (12/1/2025).
Menurutnya, kinerja untuk Program Pengendalian Penyakit (P2) TB di Kota Pekalongan telah berjalan baik, namun memang harus ada upaya-upaya dalam peningkatan kinerja tersebut. Mengingat, masih ada kendala dalam program tersebut.
“Di Tahun 2023-2024 memang belum bisa maksimal sesuai dengan target, tapi hampir mendekati target. Oleh karena itu, kami perlu kolaborasi dengan stakeholder dan masyarakat yang harapannya bisa meningkatkan kinerja program P2 TB. Dimana, untuk eliminasi TB di Tahun 2028 memang perlu ada akselerasi upaya pencegahan, penemuan, dan pengobatan terhadap penyakit TB tersebut,”ucapnya.
Disampaikan Budi, dengan akselerasi eliminasi tersebut harapannya angka penemuannya tidak boleh lebih dari 10 persen dari jumlah penduduk. Untuk mencapai eliminasi itu terjadi penurunan kasus sampai 90 persen. Ia mencontohkan, di Tahun 2024 lalu di Kota Pekalongan telah ditemukan 1.016 kasus TB dari target 1.200 kasus, sehingga masih kurang sekitar 184 yang belum ditemukan. Harapannya, sampai di Tahun 2028 nanti penemuan kasusnya harus semakin turun.

“Kalau sudah diobati tentu penularannya semakin menurun, kalau nasional Tahun 2030, sementara Kota Pekalongan targetnya di Tahun 2028 harapannya di angka sudah mendekati 10 persen, artinya jumlah kasusnya menurun 90 persen dari kasus yang ada sekarang. Untuk tingkat keberhasilan sembuh di Treatment success rate atau angka keberhasilan pengobatan sekitar 90 persen. Misalnya penderita ada 1.016, yang diobati harusnya 100 persen, dan yang sembuh berarti 90 persen,”terangnya.
Ketua DPRD Kota Pekalongan, M Azmi Basyir mengapresiasi terhadap sinergi PDPI Jawa Tengah yang telah berpartisipasi mengadakan pengabdian kepada masyarakat Kota Pekalongan berupa acara simposium, Muscab dan baksos dalam rangka menjaga paru-paru masyarakat supaya lebih sehat. Hal ini merupakan ikhtiar PDPI Jateng dalam memberikan peningkatan kesehatan masyarakat dalam hal ini kesehatan paru-paru.
“Kami harap dari acara ini, masyarakat semakin paham dan menyampaikan informasi baik ini kepada sanak keluarga dan tetangga sekitarnya terkait pencegahan penyakit TB, sehingga kasus TB di Kota Pekalongan bisa semakin menurun,”ungkap Azmi.
Pihaknya juga selalu komunikasi dengan Dinkes untuk mendukung penuh acara serupa dan melihat trend kesehatan masyarakat semakin meningkat positif.

“Kami berharap juga tidak hanya dari PDPI saja, namun bisa direplikasi juga oleh organisasi-organisasi kesehatan lainnya untuk berkontribusi bersama meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kota Pekalongan,”harapnya.
Ketua PDPI Jateng, dr. Sofyan Budi Raharjo, Sp.P(K), memaparkan, kegiatan penyuluhan dan baksos pemeriksaan kesehatan ini merupakan rangkaian kegiatan kontribusi dan pengabdian PDPI Jateng kepada masyarakat mulai dari acar simposium, muscab, baksos dengan mengundang kader-kader TB untuk memberikan penyuluhan terapi pencegahan TB sesuai dengan arahan Kementerian Kesehatan yang menargetkan eliminasi TB di Tahun 2030.
“Targernya adalah menurun 90 persen kasus insiden TB, sehingga dengan dilakukan terapi pencegahan TB dan penyuluhan, maka eliminasi kasus penyakit itu bisa tercapai,”kata dr Sofyan.
Selain penyuluhan, lanjutnya, di acara ini juga disediakan stand pemeriksaan fungsi paru gratis kepada masyarakat dengan harapan mereka semakin tersadarkan dengan pentingnya menjaga kesehatan paru-parunya. Mengingat, saat ini banyak potensi yang bisa menyebabkan terjadinya gangguan atau permasalahan kesehatan paru-paru yang disebabkan karena terkena berbagai macam polusi, adanya Human metapneumovirus (HMPV) yang masih merebak, dan sebagainya.
“Untuk pemeriksaan kesehatan paru-paru dianjurkan setiap 6 bulan untuk melihat perkembangan terutama bagi mereka yang memiliki masalah kesehatan paru-paru,”tandasnya. (Dian/ Gc)