Tradisi unik Jawa Tengah umumnya merupakan sebuah ritual yang dilakukan secara bersama-sama. Di Jawa tengah sendiri terdapat cukup banyak tradisi yang masih sering dilakukan. Kebanyakan dari tradisi tersebut, tergolong cukup unik yang harus dilestarikan.
Hal ini supaya warisan nenek moyang masih tetap terjaga dan lestari. Beberapa diantaranya bahkan ada yang melibatkan banyak orang. Ada juga yang diselenggarakan hingga berhari-hari lamanya.
Berikut, 5 Tradisi Unik di Jawa tengah yang Masih Bertahan
Tradisi Unik Sekaten

Tradisi upacara Sekaten ini merupakan peringatan lahirnya Nabi Muhammad SAW. Acara ini biasanya diadakan dalam kurun tujuh hari. Menurut beberapa sumber, Sekaten yang menjadi nama acara ini berasal dari istilah “Syahadatain”. Istilah tersebut dikenal sebagai kalimat tauhid dalam agama Islam. Upacara akan diselenggarakan dengan penabuhan dua gamelan dari keraton. Kedua gamelan tersebut adalah gamelan Kyai Guntur Sari dan gamelan Kyai Guntur Madu. Lalu diakhiri dengan tradisi grebeg gunungan pada tanggal 12 Maulud.
Tradisi Upacara Ruwatan

Ruwatan atau menyucikan diri adalah tradisi upacara unik dari Jawa Tengah. Upacara ini bertujuan untuk menyucikan atau meruwat seseorang dari nasib buruk, kesialan dan memberi keselamatan. Contoh upacara ini seperti yang dilakukan di dataran Tinggi Dieng. Di tempat tersebut, anak-anak berambut gimbal dianggap sebagai keturunan buto. Sehingga anak-anak tersebut harus segera dibebaskan dari segala marabahaya dengan ruwatan.
Upacara Pernikahan Tradisional Khas Jawa
Upacara Siraman
Pernikahan adat jawa sudah dikenal unik dan juga sakral. Pada upacara ini biasanya terdapat banyak tahapan. Diantaranya seperti siraman, srah-srahan, upacara ngerik, midodareni, panggih atau temu, dan lainnya. Setiap ritual yang dilakukan memiliki makna tersendiri. Hingga saat ini, upacara tersebut masih sering dilakukan oleh masyarakat sekitar.
Upacara Turun Temurun Kenduren

Upacara Adat Jawa ” Kenduren” – Photo: Budaya Jawa
Kenduren adalah upacara adat yang dikenal juga dengan istilah selametan. Upacara ini diadakan turun temurun sebagai acara peringatan doa bersama. Doa akan dipimpin oleh tokoh agama atau tetua adat. Pada abad ke-16 terjadi akulturasi budaya yang membuat upacara mengalami perubahan. Doa hindu/budha yang dulu digunakan pada acara ini, kini diganti dengan doa Islam. Sesaji pun sudah tidak digunakan lagi pada upacara kenduren saat ini.
Kenduren terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan tujuannya, diantaranya:
- Kenduren sabanan atau yang dikenal dengan munggahan. Upacara ini diadakan sebelum memasuki bulan puasa.
- Kenduren wetonan atau wedalan yang digelar sebagai upacara hari lahir.
- Kenduren ba’dan yang digelar pada tanggal 1 Syawal atau hari Raya Idul Fitri.
- Kenduren ujar yang dilakukan jika suatu keluarga memiliki tujuan atau hajat. Contohnya mengirim doa pada arwah leluhur, pernikahan dan lainnya.
- Kenduren mauludan yang digelar untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
- Kenduren likuran yang dilakukan pada tanggal 21 bulan puasa. Upacara ini dilakukan untuk memperingati nuzulul Quran.
Upacara Adat Kebo Keboan

Upacara Adat Kebo-keboan di Banyuwangi, Indonesia – Photo Snapshot
Upacara ritual kebo-keboan biasanya dilakukan oleh mayoritas petani. Upacara ini dilakukan untuk menolak musibah dan bala pada tanaman para petani.
Upacara ini memiliki harapan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Sehingga mampu menghasilkan panen yang sangat memuaskan. Kebo-keboan biasanya dilakukan oleh 30 orang yang didandani mirip kerbau. 30 orang tersebut kemudian diarak keliling kampung. Mereka yang didandani akan berjalan keliling kampung layaknya kerbau.
Itulah 5 tradisi unik Jawa Tengah yang sampai saat ini masih dilestarikan. Selain unik, beberapa diantaranya bahkan masih dianggap sakral bagi masyarakat sekitar.
Baca juga: Budaya Jawa Yang Bertahan di Era Modern