Sekaten adalah tradisi Unik Jawa Tengah. Sering digelar di Yogyakarta. Sekaten juga dikenal dengan istilah Pasar Malam Perayaan Sekaten. Biasanya, sebelum upacara Sekaten dimulai, diadakan juga kegiatan pasar malam terlebih dulu.
Pasar malam bahkan diadakan hingga satu bulan lamanya. Tradisi ini dipercaya sudah ada sejak kerajaan Demak pada abad ke-16. Acara ini hanya diadakan setahun sekali. Biasanya pada bulan Maulud. Lokasi diselenggarakannya acara ini yaitu di Alun-alun Utara Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Acara ini biasa meliputi beberapa rangkaian proses sebagai berikut:
Membersihkan Meriam Pusaka
Jamasam meriam atau mencuci pusaka adalah proses tradisi sekaten yang terletak di Bangsal Witono. Proses mencuci pusaka ini dilakukan dua hari sebelum Grebeg Gunungan Sekaten.
Pencucian pusaka ini bertujuan untuk membersihkan debu yang menempel. Tradisi ini pun dikenal juga dengan sebutan Jamasan Meriam Pusaka Kyai Setomi oleh penduduk sekitar. Air bekas mencuci pusaka ini biasanya diperebutkan oleh pengunjung yang datang. Beberapa pengunjung bahkan tidak ragu menggunakannya untuk cuci muka.
Penabuhan Dua Gamelan
Jika dua buah gamelan (gamelan Kyai Guntur Sari dan gamelan Kyai Guntur Madu) ditabuh. Itu tandanya Sekaten resmi dibuka. Gamelan dibawa langsung dari keraton ke Masjid Agung Solo pada tanggal 5 Maulud. Kedua gamelan tersebut diletakan pada bagian sisi kiri dan kanan bangsal Ponconiti Keben. Penabuhan kedua gamelan ini bisanya dimainkan setelah shalat isya. Sebelum dimainkan, niyaga atau pemain gamelan harus mensucikan diri terlebih dahulu.
Para niyaga biasanya memainkan tempo lamban sesudah shalat isya hingga larut malam. Sesudah itu, gamelan akan dipindahkan ke kompleks Masjid Agung. Tepatnya di bangsal Pagongan yang telah disediakan khusus untuk gamelan. Letaknya ada di bagian kanan dan kiri pintu gerbang Masjid Agung.
Malam Grebeg Maulud dan Upacara Udik-Udik
Pada saat malam Gerebeg Maulud, Sri Sultan akan berdiri di Serambi Masjid. Beliau pun akan ditemani oleh pangeran dan bupati. Setelah itu, Sri Sultan bersama rombongan menuju ke pintu gerbang Srimanganti menuju Masjid Agung. Sri Sultan lalu belok ke kiri untuk pergi ke bangsal Pagongan Selatan. Di tempat inilah nantinya akan dilangsungkan upacara Udik-Udik. Proses upacara tersebut akan dilakukan oleh pangeran tertinggi. Upacara udik-udik adalah sebuah prosesi pembacaan riwayat hidup Nabi Muhammad SAW.
Setelah pembacaan riwayat Nabi Muhammad SAW selesai, Sri Sultan dan pengiring kembali ke keraton. Hal tersebut menandakan bahwa Sekaten telah selesai dilakukan. Meski demikian, pasar malamnya akan terus hadir hingga seminggu lebih. Dengan demikian masyarakat masih bisa menikmati pasar malam tersebut.
Grebeg Gunungan
Tradisi grebeg gunungan akan digelar bersamaan dengan hari lahirnya Nabi Muhammad SAW. Tepatnya pada tanggal 12 Maulud atau setelah pembacaan riwayat Nabi Muhammad.
Pada sesi ini, akan diadakan pemberian sedekah berupa hasil bumi dan makanan tradisional. Sedekah akan disusun dalam bentuk estri dan gunungan. Nantinya, gunungan ini akan diarak menuju Masjid Agung.
Acara gunungan ini merupakan wujud rasa syukur Keraton Yogyakarta dan simbol kemaslahatan. Itulah proses tradisi unik Jawa Tengah Sekaten yang memiliki cukup banyak prosesi.
Pada saat merayakan dan menikmati Sekaten, alangkah baiknya sambil menelaah. Karena perayaan ini memiliki nilai budaya, sejarah dan religi pada setiap ritualnya. Nilai religi dapat kita lihat pada sesi pembacaan risalah Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan untuk nilai sejarah, bisa kita lihat dari peran Wali Songo dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.
Baca juga: Eksistensi Budaya Jawa di Era Modern