Jika anda baru berkunjung, bisa jalan-jalan ke Tugu MYLPAAL atau KM. 0 Pekalongan. Ini salah satu tempat asik buat menikmati sisi lain dari Kota Pekalongan. Bagi warga setempat, ini tempat nongkrong. Khususnya saat malam menjelang.
Bagi pengunjung, Tugu MYLPAAL, sejak di renovasi menjadi bagus, menjadi tempat photo-photo. Namun, saat ini, kita sedikit menelusuri kisah panjang, tugu yang disebut sebagai titik nol. Atau titik tengah pulau Jawa.
MYLPAAL berasal dari Bahasa Belanda. Dan memang, tugu ini dibuat pada masa, Belanda masih berkuasa di Indonesia. Tugu KM 0 tersebut, berasa dari dua suku kata. MYL dan PAAL. MYL artinya satuan dalam hitungan. PAAL artinya ‘titik’ untuk menandakan sebuah jarak. Jadi, secara harafiah, MYLPAAL dapat diartikan sebagai titik awal. Makanya, MYLPAAL juga disebut sebagai KM 0 (nol).
Tugu tersebut, dibangun untuk menandakan titik tengah dari proyek pembangunan jalan. Menurut catatan sejarah, pada Mei 1808, dimulai sebuah pembangunan rute transportasi. Berupa jalan darat. Dari Anyer (Banten) menuju Panarukan (Kabupaten Situbondo). Dan Agustus 1808, jalan yang dibangun mencapai wilayah Pekalongan.
Pembangunan sarana transportasi tersebut, di lakukan oleh Gubernur Jendral Daendels. Seorang berkebangsaan Belanda. Mylpaal, juga disebut sebagai titik tengahnya pulau Jawab. Menurut acuan jalur Daendels.
Ada juga yang menyebutkan, bahwa tugu Mylpaal, sebagai titik awal pembangunan jalan yang diprakarsai Daendels. Yakni, rute yang melewati jalur Pantura. Sepanjang 1.100 km.
Jalur transportasi tersebut, dari Anyer, melewati Tangerang, Jakarta, Bogor, Bandung, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Kendal, Semarang, Pati, Tuban, Gresik, Surabaya, Pasuruan, Probolinggo, Besuki, hingga Panarukan.
Ada kemungkinan, pada masa Deandels, wilayah Indonesia, meliputi Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Bali. Dari sini kemudian asumsi titik poros Indonesia disebut berada di Pekalongan. Atau di tugu Mylpaal.
Baca juta: Karakter Orang Jateng
Asumsi lain, kenapa Pekalongan disebut sebagai poros atau titik tengah. Yakni perhitungan KM 0, jarak tempuh, antara Pekalongan ke Jakarta 400 km dan ke Surabaya 420 km.
Sementara untuk asumsi lain yang menyebut Kota Pekalongan sebagai poros, pulau Jawa, bisa dilihat dari sisi historis. Dimana, pada zaman kependudukan Belanda, daerah ini tempat Gudang Gula terbesar se-Jawa, GOR Jetayu, serta adanya jemabatan kali Loji.
Jembatan kali Loji, dulunya merupakan sebuah dermaga. Menjadi sentral perputaran bisnis. Tempat pusat perdagangan era Belanda.
Sumber: Cinta Pekalongan
Photo: Abu Akmal
Editor: Admin