wakil walikota pekalongan
Business

Capaian Nilai Ekspor Kota Pekalongan Meningkat

Kota Pekalongan Garudacitizen Jateng – , Kota Pekalongan menjadi daerah penyokong eskpor produk-produk kerajinan terutama batik yang telah tersohor mendunia.

Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah (Kadindagkop-UKM) Kota Pekalongan, menegaskan bahwa, tahun 2019-2022 mengalami masa pandemi, nilai ekspor Kota Pekalongan dari tahun ke tahun tetap naik atau meningkat. Dimana, tahun 2019 nilai ekspor yang didapat dari 21 orang pelaku usaha yang melakukan ekspor (eksportir) di Kota Pekalongan sekitar 22.692.392 USD.

“Kemudian, di Tahun 2020 naik menjadi 25.173.394 USD. Artinya, ada kenaikan sekitar 3 jutaan USD. Di tahun 2021 walaupun pandemi saat itu juga masih tinggi kasusnya dan ada sejumlah pembatasan, volume jumlah produk asal Kota Pekalongan yang dieskpor berkurang tetapi nilai ekspornya tetap bertambah menjadi 30.263.567 USD,” Terang KadindakopSenin (13/6/2022).

Lebih lanjut, di sebutkan, untuk awal Tahun 2022 ini hingga per Bulan April 2022, tercatat ada 11 orang pelaku usaha yang baru melakukan ekspor dengan nilai ekspor sekitar 7.495.602 USD. Pihaknya memberikan kiat perlu ditekuni untuk melakukan ekspor kepada para pelaku usaha pemula diantaranya kualitas, kuantitas, konjungitas, trust (kepercayaan). Jangan sampai kita sebagai pelaku usaha berbohong kepada konsumen di negara akan dituju.

“Beberapa produk yang diekspor asal Kota Pekalongan ke pasar global diantaranya pakaian jadi batik, kain batik, sarang burung walet, olahan hasil perikanan, frozen food, sarung palekat, material fibric, dan sebagainya ke sejumlah negara Eropa, Asia, dan Australia. Kalau pelaku usaha sudah melakukan ekspor, kebanyakan mereka sudah tidak mau hanya berjualan di pasar dalam negeri saja, mereka menginginkan perluasan usahanya melalui bisnis ekspor karena keuntungannya banyak dan menggunakan mata uang asing seperti dolar, euro, dan sebagainya,” ungkapnya.

Sementara itu, Wakil Walikota Pekalongan, H Salahudin yang pada kesempatan membuka kegiatan pelatihan selama tiga hari tersebut menjelaskan bahwa, seringkali dalam kegiatan ekspor, ada produk ikutan (turunan) setelah suatu daerah dikenal dengan suatu produknya. Pasalnya, konsumen itu beragam dan disesuaikan dengan permintaan pasar. Pada saat mereka membeli produk khas suatu daerah, konsumen biasanya sekaligus menanyakan produk-produk daerah yang khas lain dari asal daerah/negara yang melakukan ekspor.

“Misalnya saja Kota Pekalongan di luaran sana memang sudah tersohor akan produk batiknya, namun jika konsumen atau negara tujuan ekspor itu sudah tahu kualitas produk asal daerah/negara tersebut, maka mereka juga akan menanyakan atau membeli produk-produk khas daerah itu seperti kerajinan dari kulit,bordir, craft yang tentu akan ikut terangkat potensinya. Jika pangsa batik di dunia Internasional itu sudah semakin terbuka, bisa saja produk makanan unggulan daerah kita juga akan terkenal, sehingga hal itu peluang yang harus dicoba, tidak hanya produk batiknya saja yang akan dikenal luas masyarakat dunia,” tegas Wawalkot Salahudin.

Praktisi Ekspor pada Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (BBPPEI) Kementerian Perdagangan Indonesia meyakini bahwa, Kota Pekalongan merupakan salah satu daerah yang mempunyai potensi ekspor di bidang batik, dan akan memberikan impact positif pada produk turunannya. Menurutnya, dari sebuah produk kain batik sebenarnya bisa dikembangkan, bukan hanya dalam bentuk pakaian jadi saja, melainkan juga limbah batik pun yang bentuknya perca bisa dimanfaatkan menjadi home dékor atau home tekstil. Tentu hasil inovasi karya itu dinilai bisa menjadi salah satu produk unggulan yang mempunyai nilai jual tinggi dan sustainability (keberkelanjutan).

“Perca ini sangat dinanti oleh seluruh dunia dari limbah yang tidak dipakai kemudian bisa menjadi produk yang bernilai jual tinggi. Jika inspirasi dan ide kreasi para pelaku usaha itu sudah dimiliki, tentu hal mudah bagi usaha mereka untuk bisa menembus pasar ekspor,” tandasnya.(HL/Tim)

Related posts

Penyaluran KUR UMKM Terus Tumbuh

Hadi Lempe

Masa Pandemi, Nilai Eskpor Kota Pekalongan Periode I Capai USD 14,243

Hadi Lempe

The South Park Commons Fills a Hole in the Tech Landscape

Dedi Ariko

20 Barista dan Pemilik Coffee Shop Dibekali Pelatihan Guna Tingkatkan Skill dan Kualitas Usaha Kopi

Hadi Lempe

US and AT&T discuss conditions for approval of Time Warner deal

Dedi Ariko

As ‘Unicorns’ Emerge, Utah Makes a Case for Tech Entrepreneurs

Dedi Ariko

Leave a Comment