Malaysia Kurangi Pelajaran Agama di Sekolah, Untuk Menambah Porsi Ilmu Pengetahuan
Internasional

Malaysia Kurangi Pelajaran Agama, Untuk Porsi Ilmu Pengetahuan

Kuala Lumpur, GC – Kesadaran Malaysia akan  pentingnya ilmu pengetahuan, telah membuat mereka mengubah kebijakan dalam dunia pendidikan. Salah satunya, dengan mengurangi porsi Pendidikan agama.

Hal itu, diungkapkan oleh Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad. Menurutnya, kemampuan berbahasa Inggris lebih penting. Karena, kalau hanya belajar agama, tanpa ilmu pengetahuan lain, mereka tidak akan memiliki keahlian. Sehingga, semua akan berlomba menjadi ulama.

Lalu, akan bermunculan banyak ulama. Dan biasanya ada perbedaan pemikiran antara mereka. Kemudian, mereka menyesatkan pengikutnya. Tidak hanya itu, perbedaan-perbedaan memicu pertengkaran sesama mereka. Imbas dari kondisi ini, memicu perpecahan bangsa.

 “Ini adalah masalah yang dihadapi Malaysia. Jadi kami akan merombak kurikulum di Lembaga pendididikan,” tegasnya.

Mata pejalan di sekolah akan di disusun ulang. Agar porsi untuk ilmu pengehuan lain bisa terakomodir. Ini berguna agar siswa siap dalam menghadapi kehidupan realitas. Menjadi personal yang mandiri, saat dewasa nantinya.

Pelajaran agama tetap ada. Tapi, waktu belajar tidak harus dihabiskan untuk itu. Karena, lanjutnya, ia tidak ingin para pelajar, hanya bisa melafalkan do’a. Atau membaca Al-quran saja. Namun, kurang ilmu pengetahuan dibidang lain.

“Belajar agama, bisa satu atau dua kali. Dalam sepekan. Jadi, ada pembangian waktu untuk ilmu pengetahuan lain,”  ujar Mahathir pada kesempatan lainnya.

Sebagai informasi, Mahathir juga menjabat Menteri Pendidikan Malaysia.

Menurut lelaki yang usianya telah menginjak 93 tahun ini, Malaysia berada di fase sulit. Membutuhkan sumber daya manusia yang berpendidikan. Memiliki kemampuan membangun hubungan dengan pihak lain.

Pentingnya, kemampuan berbahasa Inggris

Menurut Mahathir, Bahasa Inggris itu penting. Dan ini Bahasa universal. Bahasa pengetahuan. Mampu berkomunikasi dengan Bahasa asing, tidak akan menghilangkan indentitas bangsa. Tidak akan mengurangi sisi kemelayuan orang Malaysia.

Malaysia, sebelum telah memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang baik. Namun, ia menilai, hal itu semakin merosot. Dan kualitas pendirikan pun mengalami kemunduran. Dan telah terjadi bertahun-tahun.

“Padahal, mayorita warga Malaysia dan siswa sudah fasih dalam berbahasa asing. Namun sekarang, sudah menurun,”  ujar Mahathir.

Mahathir mendorong warga Malaysia untuk menguasai bahasa Inggris dengan mengatakan bahwa belajar “bahasa pengetahuan” tidak akan menghilangkan identitas Melayu atau Malaysia mereka.

Rencana Mahathir ini, memicu pro dan kontra. Dan mendapat pertentangan dari pihak Muslim konservatif. Sebelumnya, pemerintah Malaysia, sempat menyiarkan secara rutin konten agama dari ulama konservatif itu sendiri.

Related posts

Terima Kunjungan 20 Negara, Pemkot Paparkan Program Perubahan Iklim

Hadi Lempe

Yasonna Berikan Paspor untuk WNI Keturunan di Filipina

Hadi Lempe

Sesi Tahunan AALCO ke-61 di Indonesia akan Bahas Isu Hukum kepentingan Asia dan Afrika

Hadi Lempe

Trump Umumkan, Negara Dalam Darurat Nasional Untuk Membangun Tembok Perbatasan

Dedi Ariko

Leave a Comment